top of page
Search

Membasuh - Hindia, Rara Sekar

  • Writer: Tara Audria
    Tara Audria
  • Mar 14, 2020
  • 4 min read

Membasuh menjadi deretan lagu teratas bertema "Baik", menurutku.



Membasuh merupakan lagu pertama yang membuat aku mau menulis tentang lagu secara bait demi bait. Lagu ini berada di list teratas dalam tema “Baik” menurutku, yang maknanya diciptakan memang untuk seluruh manusia. Entah kenapa banyak pesan yang bisa mengetuk arti dari hidup sebenarnya sebagai manusia. Menjalani hidup sebagai manusia secara keseluruhan mungkin memang berat, tapi menjadi manusia baik (yang sering kita lupa) sebenarnya terbilang mudah. Kalau tidak merasa begitu, bisa jadi kitanya saja yang belum terbiasa.


Selama ini Ku menanti Yang kuberikan Datang berbalik Tak kunjung pulang Apapun yang terbilang Di daftar pamrihku seorang

Dari penggalan pertama sudah ditampar keras dan diingatkan bahwa, secara pribadi, diri ini masih suka memberi karena iming-iming bahwa ‘apa yang kita beri akan kembali berkali-kali lipat lagi’. Rasa-rasanya jarang sekali memberi karena memang hanya ingin memberi. Sesederhana tersenyum atau menyapa orang lain saja, masih suka menggerutu kalau tidak di sapa balik. Sesederhana memberi kabar saja, akan sangat merubah bahagia, kalau tidak diberi kabar balik. Sekalinya sudah memberi, akan ditunggu terus berita baik yang diharap datang. Sering kali seperti ini, tapi mengaku-ngaku ringan tangan dan mengelak kalau dibilang pamrih.


Telat kusadar Hidup bukanlah Perihal mengambil yang kau tebar

Kalimat yang menyadarkan bahwa apa-apa yang di tebar rasanya tidak perlu kita tunggu untuk kembali lagi, dan apa-apa yang ditanam rasanya tidak perlu kita tunggu untuk dipanen. Kesederhanaan ini yang akan membuat manusia menjadi baik secara murni karena ingin berbuat baik, bukan berdasarkan apa yang akan datang dan balasan apa yang akan diterima.



Sedikit air yang kupunya Milikmu juga Bersama

Sangat tidak menyangka bahwa kalimat sederhana yang maknanya sangat baik ini menjadi sebuah penggalan lagu. Kalimat ini juga yang menjadi salah satu alasan Membasuh ada di daftar teratas lagu bertema “Baik”. Kalau masih dipertanyakan, “kenapa?”, jawabannya akan sesederhana, “manusia kurang baik mana lagi yang memiliki sedikit air tetapi akan tetap berbagi”. Ini menggiring ingatan yang kerap kali manusia berpura-pura ikut merana setiap yang lain sedang tidak punya. Seolah-olah ‘kita sama’ padahal sebetulnya ia bisa membantu sesama. Banyak hal yang belum disadari bahwa sebetulnya manusia memang diciptakan satu dan yang lainnya untuk saling membantu dan tumbuh bersama, bukan saling beradu kau kurang, sedang aku punya.

Bisakah kita tetap memberi Walau tak suci? Bisakah terus mengobati Walau membiru?

Sepertinya ini menjadi pertanyaan wajib setiap manusia (termasuk diri sendiri) setiap kali dihadapkan oleh keadaan yang tidak mudah. Akan menjadi pembelajaran yang berkepanjangan perihal mengangkat manusia lain disaat diri sendiri sedang berada dibawah. Secara pribadi, tetap kagum dengan kalimat yang cantik sekali, dan berhasil menampar diri berkali-kali. Kalau dipasati lagi sepertinya akan mustahil untuk memberi ketika diri sudah merasa tak suci, dan akan mustahil untuk mengobati ketika diri sendiri sedang membiru. Lalu, mau sampai kapan menarik orang lain ke dalam lingkaran yang kita sendiri tidak mau berada di dalamnya. Mau sampai kapan juga sakit hati ketika orang lain lebih sembuh, sedang kita lumpuh. Sepertinya hidup bukan sekedar siapa yang menang dalam pertandingan, tapi lebih kepada siapa yang mau kalah untuk bersama memenangkan pertandingan.


Cukup besar ‘tuk mengampuni ‘Tuk mengasihi Tanpa memperhitungkan masa yang lalu

Ego, ingatan dan dendam merupakan sebagian bumbu dalam tubuh manusia, yang kadang tanpa sadar malah terlalu banyak berperan dalam diri. Kebanyakan manusia merasa bahagia kalau orang lain terjatuh, dengan alasan dimasa lalu ia pernah diperlakukan hal yang sama. Sebagian lain, merasa dirinya sangat tinggi ketika yang lain menunduk dan meminta ampun. Manusia akan semudah itu untuk merasa dirinya paling sempurna dan hanya dirinya yang patut disembah. Maka, akan menjadi hal besar jika manusia berhasil mengalahkan bumbu-bumbu berlebih pada dirinya dengan mengapuni masa yang sudah terlewati dan mengasihi berbagai hal (termasuk diri sendiri) tanpa memikirkan apa yang pernah terjadi. Kembali lagi, manusia baik bisa dihitung dari banyak aspek. Kalau rasanya masih sulit untuk memaafkan orang lain, mungkin bisa dimulai dari mengampuni dan mengasihi diri sendiri.


Walau kering Bisakah kita tetap membasuh?

Baskara pernah menyinggung sedikit soal lirik yang berhasil ia ciptakan dari kisah Jesus membersihkan kaki muridnya. Konsep yang diterapkan adalah dengan air yang secukupnya Ia bisa mengutamakan orang lain dan hanya butuh sedikit saja yang dibersihkan karena secara keseluruhan sebenarnya sudah bersih (Makna Talks, 34:25 – 35:28). Ia yakin sebenarnya setiap orang sudah baik dan kuat dari asalnya. Membasuh dan musik Hindia lainnya hanya sekedar pacuan untuk saling mengingatkan sesama manusia.


Terlepas dari itu, kalimat ini punya kekuatan sendiri untuk merangkum keseluruhan arti lagu, yaitu tidak jauh-jauh dari soal manusia baik yang memang harus berbagi dan membatu kanan-kiri. Kalimat ini mampu menyampaikan pesannya dengan kata-kata yang sederhana dan tetap bermakna. Akan ada banyak interpretasi yang bisa muncul dari dua baris kalimat ini, salah satunya bisa berupa: mampukah manusia tuk bisa saling melihat lebihnya diri sendiri dan menghargai lebihnya orang lain, meski sebenarnya setiap yang terlahir dibumi diciptakan sepasang dengan kurang?


Kita bergerak dan bersuara Berjalan jauh, tumbuh bersama Sempatkan pulang ke beranda ‘Tuk mencatat hidup dan harganya

Ada banyak arti yang bisa diambil dari penggalan yang tidak akan membosankan kalau di putar ulang terus-menerus ini. Secara pribadi, makna yang keluar dari bait ini sepertinya akan selalu mengikuti suasana hati. Meski diluar dari konteks besar makna lagu, anak rantauan akan menjadikan kalimat ini sebuah peringatan untuk sesekali pulang ke rumah, meski hanya sekedar merefleksikan kembali kisah perjalanan yang mungkin lupa untuk disyukuri. Disisi lain, dalam perjalanan menghidupi hidup, rasanya akan ada keadaan dimana diri ini sesekali harus kembali mengingat-Nya. “Beranda” yang dimaksud bisa berarti Si Pencipta bumi dan seisinya. Sebab, rasanya memang perlu sesekali kembali tuk sekedar mengingat dan memantapkan lagi tujuan akhir menjadi seorang manusia, yaitu bergerak, bersuara, berjalan jauh, dan tumbuh bersama.


Mengering Sumurku Terisi Kembali Kutemukan Makna Hidupku Disini

Akhir lagu disambut oleh penggalan kalimat yang tampak jelas menjadi mantra yang harus diucap berkali-kali. Makna yang tidak terus terang membuat setiap pendengar harus mengartikannya masing-masing tanpa salah atau benar. Diri sendiri menganggap ‘sumur’ merupakan wadah apapun yang kita miliki di bumi. Rasanya hidup tidak selalu digenangi dengan air, akan ada masa dimana sumur tidak terisi (entah sebab kemarau, entah terlalu banyak memenuhi kemauan), dan kemudian dengan ajaib kembali terisi bahkan hingga penuh sekali. Dengan bersamaan, sumur yang penuh ketika hujan bukan menjadikan kita harus melindungi sepenuhnya ketika kemarau kembali datang, sebab tetangga kanan-kiri juga kadang membutuhkan. Terlalu banyak membagi air memang membuat sumut kering lagi, tetapi jangan takut, kering saat ini bukan juga berarti akan kering selamanya, karena hujan juga pasti akan datang lagi. Bisa jadi, dengan membagikan ke kanan-kiri, kau akan temukan makna hidupmu disini, di bumi ini.


 

 
 
 

Comments


  • White Facebook Icon
  • Spotify
  • White Instagram Icon

Punya Tara

Contact

Ask me anything

Thanks for submitting!

bottom of page